Monday, April 26, 2010

blondelle the little balerina


Di sebuah sudut kota paris, perancis. Pada saat musim semi dimana bunga-bunga dengan semburat warna-warni yang cantik bermekaran dan memenuhi seluruh kota. Semua orang sangat bahagia, hati mereka secerah bunga-bunga yang memesona. Tak terkecuali Blondelle, gadis kecil berambut pirang yang selalu ceria.

“halo, blondelle kecil. Mau kemana?” Tanya bibi adelle
“halo, bibi cantik. Aku mau menyusul ibu ke café, lalu kami mau menonton pertunjukan opera” jawab blondelle.
“wah wah, menyenangkan sekali. Salam untuk ibumu, sayang. Hati-hati di jalan. Selamat bersenang-senang” kata bibi adelle.
“akan kusampaikan salam darimu, bibi. Sampai jumpa” sahut blondelle sembari tersenyum kepada bibi adelle.

Blondelle terus berjalan, melewati pasar kecil yang menjual berbagai macam buah-buahan yang ranum, sayur-mayur yang segar, dan penganan kecil yang manis-manis. Lalu blondelle mampir ke sebuah kedai yang menjual crepes. Ia membeli dua buah crepe dengan isi buah strawberry dan sirup maple untuk ibunya dan dirinya sendiri. Setelah itu, ia meneruskan kembali perjalanannya ke café.

Sampailah blodelle ke sebuah bangunan kecil berwarna kecoklatan. Dimana banyak para eksekutif muda atau wanita karier yang sedang menghabiskan sore mereka dengan menyantap cake cokelat dan latte. Ada juga wanita-wanita peruh baya yang gemar sekali membeli cappuccino hangat dan cheese cake sembari bercengkrama mengungkapkan kepenatan dan kehangatan masa senja mereka.

“hai paman joseph. Bagaimana kabarmu?” sapa blondelle kepada paman joseph.
“hai gadis pirang kecilku. Aku baik-baik saja, seperti dirimu. Oya, pasti kau kemari ingin menjemput ibumu ya?” kata paman joseph.
“ya paman, kami akan menonton opera sore ini” jawab blondelle.
“temuilah ibumu di belakang, blondelle. Ia sedang memanggang cream brulle” kata paman joseph.
“baiklah paman, terimakasih” jawab blondelle.

Blondelle masuk ke sebuah ruangan yang penuh dengan semerbak aroma roti dan cake yang sedang dipanggang diatas tungku panas. Ada cake cokelat, cream brulle, cheese cake, dan banyak lagi. Dilihatnya sang ibu yang sedang mengangkat sebuah Loyang besar berisikan 20 buah cup cream brulle yang asapnya masih mengepul diatasnya. Hmm…wangi sekali.

“hai, bu. Boleh kubantu mengangkat Loyang-loyang ini?” Tanya blondelle.
“tidak perlu, anakku. Loyang ini sangat panas dan berat. Kau pasti tak sanggup mengangkatnya” jawab ibu.
“baiklah. Kita jadi menonton opera kan, bu?” Tanya blondelle.
“tentu saja, sayang. Sebentar ya, ibu ganti pakaian dahulu” sahut ibu.

Blondelle lalu duduk di sebuah bangku kayu sambil melahap cream brulle pemberian ibunya. Ya, blondelle suka sekali dengan cream brulle karena teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis. Lalu tidak lama kemudian, sang ibu keluar dan menggadengnya ke tempat pertunjukkan opera.

“bu, aku sudah membeli crepes ini untuk kita makan saat pertunjukkan dimulai” kata blondelle.
“wah, terimakasih sayang. Ini pasti enak sekali” sahut sang ibu.

Sampai sudah mereka di sebuah ballroom besar nan megah, rupanya seperti istana negeri dongeng. Lalu blondelle dan sang ibu masuk ke sebuah ruangan besar yang penuh dengan deretan kursi panjang dan sebuah panggung dengan dekorasi yang cantik didepannya. Blondelle terlihat sangat gembira dan tak sabar untuk melihat aksi panggung para pelakon drama tersebut.

“bu, kapan pertunjukkan operanya dimulai?” Tanya blondelle.
“sebentar lagi, nak. Sabarlah…” jawab ibu.

Lalu tak lama kemudian, lampu ruangan dimatikan. Para pemain drama pun satu persatu naik ke atas panggung. Astaga….kostum mereka indah sekali. Oya, mereka akan mementaskan cerita swan lake princess.

Para pemain menampilkan tarian-tarian ballet yang memukau. Meliuk-liuk, berputar dengan kaki, tangan, dan tubuh mereka. Astaga, cantiknya bukan main. Benar-benar seperti putri angsa di negeri dongeng. Apalagi wanita yang menjadi putri angsa itu, gerakannya yang menakjubkan itu bercampur dengan gaun putihnya yang indah. Maka dari itu, Blondelle ingin sekali menjadi ballerina seperti para pemain opera itu.

Seusai pertunjukkan, seluruh penonton berdecak kagum. Mereka memberikan tepuk tangan yang meriah sebagai tanda ketakjuban mereka melihat aksi panggung para pemain opera. Begitupun yang dilakukan blondelle dan ibunya. Mereka sangat terhibur dengan pertunjukkan mereka.

“suka dengan pertunjukkannya, sayang?” Tanya ibu.
“suka sekali, bu. Sangat suka sekali” jawab blondelle.
“ibu pun begitu, blondelle. Mereka hebat ya” kata ibu.
“ya, bu. Oya, bolehkah aku menjadi ballerina seperti mereka? Aku ingin sekali, bu” ucap blondelle dengan mata besarnya.
“apa? Kamu ingin menjadi ballerina? Kamu serius, nak?” ujar ibu terperangah.
“ya, bu. Aku serius. Aku ingin sekali menjadi ballerina yang hebat, terkenal, dan membuatmu bangga memliki aku” kata blondelle.
“baiklah, nak. Akan ku daftarkan kau ke tempat berlatih ballet. Tapi kau harus rajin berlatih, ya. Tidak boleh malas” kata ibu.
“tentu saja. Aku berjanji kepadamu, bu” ujar blondelle kegirangan.

Lalu mereka kembali pulang kerumah. Melewati jalanan dengan lampu-lampu yang terang, melihat orang-orang yang sedang menikmati dinginnya kota paris di malam hari, dan tentu saja menara Eiffel yang dipenuhi lilitan lampu temaram yang seakan-akan menjadi sumber penerang seluruh kota. Blondelle dan ibunya saling berpandangan, lalu tangan mereka bertautan dengan erat seolah-olah tidak ingin terlepas sutu sama lain.

No comments:

Post a Comment